Pasar rakyat (pasar tradisional) memiliki posisi yang sangat strategis karena menjadi wahana penting bagi penjualan produk-produk berskala ekonomi rakyat. Pasar rakyat menjadi tumpuan penting bagi para petani, nelayan, perajin, dan lain-lain, sekaligus juga tempat bagi para konsumen untuk dapat berinteraksi di pasar, melakukan tata cara tawar menawar. Selain itu pasar rakyat dalam keseharian menjadi indikator stabilitas pangan seperti beras, gula, dan barang-barang sembako lainnya.
Saat ini pasar tradisional menghadapi tantangan berat dengan kian masifnya penetrasi dan eskpansi pusat perbelanjaan dan toko modern. Liberalisasi perdagangan sejak lebih dari satu decade ini telah makin memperpuruk peranannya dalam perekonomian. Pangsa pasar rakyat berangsur-angsur mengalami penurunan karena tidak mampu bersaing dengan ekspansi ritel modern. Data dari survey AC Nielsen menunjukkan bahwa pangsa pasar ritel modern meningkat dari 35% pada tahun 2000 menjadi sebesar 53% pada tahun 2008. Sementara omset ritel tradisional justru menurun dari sebesar 65% pada tahun 2000 menjadi hanya sebesar 47% pada tahun 2008.
Buku tentang “Sekolah Pasar” ini merupakan salah satu solusi yang ditawarkan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan dalam mendorong terwujudnya system perekonomian yang demokratis untuk menjawab tantangan dan ancaman terhadap perekonomian Indonesia. Konsep Sekolah Pasar antara lain terinspirasi dari hasil kajian bersama Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM dan Lembaga Ombudsman Swasta DIY tentang dampak penetrasi pasar modern terhadap pasar rakyat pada tahun 2011 lalu.
Sudah banyak program revitalisasi pasar rakyat dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Sayangnya revitalisasi pasar-pasar tersebut cenderung hanya menyangkut aspek fisik termasuk bantuan modal kepada pedagang. Pendekatan yang bersifat sektoral semata ini ternyata tidak mampu memberikan solusi bagi upaya pengembangan pasar-pasar rakyat di Indonesia.
Sekolah Pasar merupakan salah satu bentuk upaya yang lain mendorong pengembangan pasar rakyat melalui pendekatan manusia dan kelembagaan (human capital and social capital). Upaya terobosan ini dalam perkembangannya telah mendapatkan dukungan positif dari banyak kalangan mulai dari para pedagang, paguyuban pedagang, pengelola pasar, maupun para akademisi dan masyarakat luas.
Buku ini bercerita banyak tentang upaya pengembangan Sekolah Pasar selama satu tahun terakhir di 3 pasar, Pasar Kranggan di Kota Yogyakarta, Pasar Cokrokembang di Kabupaten Klaten, dan Pasar Grabag di Kabupaten Purworejo. Pada dua pasar terakhir, dukungan diberikan oleh Kementerian Perdagangan.
Yang cukup menonjol dalam pengembangan Sekolah Pasar antara lain adalah pelibatan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, baik dari UGM maupun beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Keterlibatan mereka tidak hanya terbatas dalam proses melakukan assessment, tetapi juga dalam melakukan fasilitasi pengembangan kelas-kelas dan klinik-klinik, termasuk dalam memberikan materi belajar bagi para pedagang.
Kami mengucapkan banyak kepada banyak pihak yang telah memberikan dukungan baik berupa spirit dari para simpatisan maupun dana pada saat pengembangan “pilot project” Sekolah Pasar di Pasar Kranggan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi (wakil menteri perdagangan), karena berkat dukungannya Sekolah Pasar dapat dikembangkan di dua pasar percontohan. Tidak lupa juga kepada pimpinan Universitas Gadjah Mada kami ucapkan terimakasih untuk dukungan bagi penerbitan buku ini.
Akhir kata, semoga penerbitan buku ini memberi menjadi pupuk bagi berseminya benih-benih pemikiran dan aksi dalam membangun demokrasi ekonomi di Indonesia. Kritik dan saran sangat kami tunggu dari sidang pembaca. Terima kasih.
Sumber: Pengantar Buku Sekolah Pasar Rakyat: Dari Pasar Rakyat Merebut Kedaulatan. 2013.