Pasar Potorono

Pasar Potorono berada di Kabupaten Bantul tepatnya di Jalan Wonosari. Pasar desa ini memiliki 20 kios baru dan 4 kios lama sedangkan untuk los jumlah total ada 27 tetapi yang dipakai baru 25 dan masih tersisa 2 los yang belum terpakai. Pasar Potorono merupakan pasar yang beroperasi setiap hari. Beragam jenis komoditas di perdagangkan di pasar ini mulai dari jajanan ringan, sayuran mentah, sayuran matang, buah-buahan, sembako, peralatan rumah tangga, dll.

Pasar Desa Potorono berdiri pada tahun 1980-an yang merupakan pasar tiban. Awalnya pasar ini bertempat di pekarangan rumah hingga pinggiran jalan. Karena semakin banyaknya pedagang yang berjualan dan pasar mulai ramai maka pada tahun 1980-an akhir Pemerintah Desa Potorono membuatkan pasar baru dan pedagang dipindahkan ke tempat yang baru. Di tempat yang baru awalnya pasar hanya terdiri dari dua blok. Namun kemudian semakin banyak pedagang yang berjualan di Pasar Desa Potorono. Karena dirasa dua blok tidak cukup maka pedagang membuat blok atau kios sendiri dengan uang pribadi milik pedagang. Banyaknya pedagang yang berjualan di Pasar Potorono membuat barang dagangan yang di jual di Pasar Desa Potorono semakin beragam sehingga membuat pasar ini semakin ramai tiap tahunnya.

Keramaian di Pasar Desa Potorono mengalami penurunan semenjak terjadinya gempa bumi di jogja tahun 2006 silam. Gempa bumi tersebut membuat beberapa infrastruktur pasar rusak dan beberapa pedagang yang berjualan mengalami musibah yang cukup berat sehingga tidak lagi memiliki cukup modal untuk berjualan. Kerusakan bangunan akibat gempa di perbaiki dengan bantuan dan dari desa sehingga pasar dapat beroperasi kembali. Namun semenjak kejadian gempa tahun 2006 pedagang yang berjualan di Pasar Desa Potorono semakin berkurang, karena berkurangnya pedagang yang berjualan berdampak pada semakin sedikitnya keragaman barang yang di jual di Pasar Potorono sehingga membuat pasar menjadi sepi karena konsumen tidak dapat menemukan barang yang diinginkannya.

Akibat kejadian gempa bumi,banyak pedagang yang membutuhkan modal untuk memulai berjualan kembali. Karena pedagang tidak bisa mengakses pinjaman ke bank dan koperasi di Pasar Desa Potorono belum ada maka banyak pedagang yang meminjam uang untuk di jadikan modal berjualan dari rentenir dengan bunga yang sangat tinggi. Pedagang susah untuk lepas dari jeratan rentenir karena sumber pinjaman mereka hanya dari rentenir, akibat bunga yang tinggi banyak pedagang yang tidak mampu bayar dan akhirnya bangkrut. Permasalahan lain yang meliputi pedagang yaitu para pedagang tidak memisahkan uang pribadi mereka dengan modal, selain itu tidak ada pencatatan aliran kas masuk dan aliran kas keluar sehingga tidak bisa melihat apakah mereka berjualan untung ataupun rugi.

Pada tahun 2013 dibangun plot-plot baru yang dibantu oleh pemerintah pusat melalui koperasi. Pembangunan berlangsung selama empat bulan, masalah yang muncul adalah setelah selesainya pembangunan plot baru pedagang tidak langsung direlokasi ke tempat yang baru. Pedagang mengeluhkan bahwa mereka ingin segera dipindahkan ke tempat yang baru agar mereka dapat berjualan dengan nyaman dan mempunyai kepastian di mana tempat mereka akan berjualan. Kurang lebih tujuh bulan setelah pembangunan plot baru selesai pedagang baru di relokasi ketempat yang baru.

Meskipun telah dibangun plot baru di Pasar Desa Potorono, pedagang mengeluhkan bahwa semakin hari omset mereka semakin berkurang. Berkurangnya omset para pedagang menurut mereka diakibatkan karena banyaknya indomart, alfamart, dan tempat grosiran yang bermain di harga. Banyak konsumen yang dulu berbelanja di Pasar Desa Potorono kini lebih memilih belanja di tempat grosir karena bisa mendapatkan harga yang lebih murah.

Sumber: Sekolah Pasar di Pasar Potorono, 2013

Share this post

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on whatsapp
Share on telegram