Rabu, 9 Juni 2021, Tim Pendampingan Universitas Gadjah Mada (UGM) berkunjung ke Desa Banjarasri, Kulonprogo dalam agenda koordinasi sekaligus sosialisasi program Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Pengembangan Desa Binaan UGM periode 2021. Hibah Pengabdian Desa Binaan sendiri adalah agenda tahunan Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPKM UGM).
Tim pendampingan Desa Banjarasri diketuai oleh Samodra Wibawa, beranggotakan Eka Zuni Lusi Astuti dan Abi Pratiwa Siregar. Tim yang berasar dari Pust Studi Ekonomi Kerakyatan UGM ini dibantu oleh asisten yaitu Raina Dwi Miswara, Puthut Indroyono, Arief Setyo Widodo, dan Joko Susilo. Mengawali program binaan, dilakukan pra-koordinasi sekaligus sosialisasi dan maping di Desa Banjarasri.
Acara dimulai pada pukul 13.00 WIB, bertempat di Kantor Pemdes Banjarasri. Pertemuan ini dihadiri oleh FX. Saparyanto selaku Sekretaris Desa Banjarasri sekaligus Plt.Kepala Desa yang sudah paripurna masa jabatan dan Isfi Solikhah selaku Direktur BUMDes Binangun Asri Sejahtera Abadi.
‘’Jujur kami memerlukan pendampingan dan kolaborasi dari pendidikan tinggi dalam pengembangan pasar desa dan potensi desa, juga karena keterbatasan SDM yang ada desa, alhamdulillah untuk pertama kali Desa Banjarasri diusulkan dan lolos hibah desa binaan UGM’’, tutur Isfi Solikhah, Direktur BUMDes.
Dukungan penuh diberikan oleh Pemerintah Desa Banjarasri sebagaimana dikatakan Sekretaris Desa, FX. Saparyanto, ‘’kami menyambut dan mendukung penuh program hibah desa binaan ini, serta siap memfasilitasi hal-hal yang dibutuhkan’’
Hibah Pengabdian Desa Binaan di Desa Banjarasri difokuskan pada pengelolaan dan kelembagaan pasar desa dalam kerangka ekonomi kerakyataan dan kedaulatan desa dengan tematik ‘’Kolaborasi Pengembangan Pasar Tradisional/Desa Berbasis Kearifan Lokal dalam Mendukung Mitigasi Dampak Pandemik di Kawasan Menoreh Kulon Progo’’.
Memang pandemi Covid-19 telah memicu krisis multi-dimensi dan telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus 2,07 tahun 2020, yang secara khusus berdampak besar di perkotaan. Namun demikian sektor-sektor yang ada kaitannya dengan pertanian pangan dan kawasan perdesaan, cenderung tidak mengalami pertumbuhan negatif dan bisa bertahan.
Salah satu institusi yang menjadi tumpuan masyarakat perdesaan selama pandemi adalah pasar tradisional/pasar desa. Berbeda dengan perkotaan (urban), pasar desa lebih unik dari sisi jumlah pedagang dan pelanggannya maupun filosofi sosialnya.
Di Kawasan Agrowisata Menoreh Terpadu, Kulonprogo, yang meliputi 2 kecamatan dan 6 desa, terdapat 9 pasar desa dan 3 pasar negeri, yang melayani penduduk sebanyak 36 ribu penduduk atau 10 ribu lebih rumah tangga, atau rata-rata jumlah penduduk per-desa sebanyak 6000 jiwa. Ciri khas lain berkaitan dengan waktu operasi yang dilandaskan pada penanggalan Jawa (pon, wage, kliwon, legi, dan pahing), umumnya setiap pasar akan buka dua kali seminggu dengan jadwal buka berotasi antar pasar.
Namun disisi lain berbagai permasalahan pasar desa juga membayangi baik pada aspek SDM, tatakelola kelembagaan, demokratisasi sumber daya bersama, pemerataan kesejahteraan ataupun kesenjangan sosial-ekonomi diantara kelas sosial masyarakat.
‘’Kami ke Banjarasri diamanahi UGM untuk melakukan pengabdian sekaligus pendampingan desa binaan, semoga bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekaligus wujud kontribusi civitas akademika’’, pungkas Samodra Wibawa, ketua tim yang juga dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM.
Program Pengabdian Desa Binaan juga menjadi bagian tindak lanjut dari riset Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM yang pada tahun sebelumnya telah dilakukan di kawasan Menoreh Kulonprogo, tepatnya di 6 desa meliputi Desa Banjarharjo, Banjararum, Gerbosari, Banjarasri, Sidoarjo dan Banjaroyo.
Sebagaimana visi UGM yang dijiwai oleh Pancasila adalah untuk mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa. Dengan misi khusus UGM dalam rangka meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang beridentitas kerakyatan serta membangun sosio-budaya masyarakat.
Tujuan riset yang diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan (well-being) manusia berdasarkan tata nilai yang membawa kelestarian alam.
Sebagai tindaklanjut dan rangkaian program pendampingan, akan dilanjutkan Focus Group Discussion (FGD) dan Pengantar Materi Pelatihan pada Selasa 15 Juni 2021 yang mengudang berbagai perwakilan elemen/kelembagaan desa sekaligus pembuka rangkaian pelatihan tematik yang akan dilaksanakan hingga Oktober 2021.
‘’Kolaborasi dan partisipasi dari seluruh stakeholder sangat diperlukan, harapanya bisa berkelanjutan karna jika evaluasi tahunan desa binaan bagus, skema program bisa dijalankan selama 3 tahun’’ tambah Abi Pratiwa Siregar selaku anggota tim yang kini menjadi dosen muda di Jurusan Sosial-Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM.
Setelah forum koordinasi selesai, agenda kemudian dilanjutkan dengan observasi dan maping potensi desa, diantaranya mengunjungi kawasan pasar desa, pertanian mina padi dan kantor BUMDes. Sembari sharing rencana grand design kawasan di Desa Banjarasri yang dirumuskan pihak desa. Selain potensi pertanian, olahan pangan, basis perekonomian lokal-komunitas, Desa Banjarasri juga memiliki posisi strategis di jalur pariwisata menuju objek-objek wisata di kawasan Menoreh serta rute yang dilalui para rombongan pesepeda, didukung oleh lingkungan yang asri dan pemandangan perbukitan Menoreh.
Desa adalah roh kehidupan dari kemandirian negara, dimana pasar desa tidak hanya sebatas ruang transaksi ekonomi tetapi juga benteng tradisi dan sendi solidaritas sosial serta kebersamaan yang perlu dijaga setiap generasi. (Joko Susilo)